Senin, 16 Februari 2015

Everlasting You (FlashFict)

‘lily,rasanya kota baru ini sepi tanpa kamu.pokoknya kamu harus balas surat aku terus ya’
Itu surat pertamamu.

‘lily, aku sudah masuk SMP. Di sini aku banyak teman, tapi aku tetep kangen kamu. Jangan telat balas surat aku dongL
Meski sudah 1 tahun, tapi aku masih sering lalai membalas suratmu,

‘Lily, ujian masuk SMA ternyata sulit. Aku harus banyak berlatih soal, tapi aku bakal terus kirim surat ke kamu kok. Jaga kesehatan kamu ya
Hei, harusnya aku yang bilang seperti itu..!

‘Lily, aku sekarang masuk tim basket sekolah.Jadi tahu ternyata diidolakan itu rasanya begini. Kamu jangan cemburu ya ;) ‘
Aku tahu kamu bohong. Lari 100 meter saja kamu bisa pingsan!

‘Lily, aku mengkhawatirkanmu. Kata Paman kamu sakit lagi, kenapa tidak cerita?
Kamu bisa langsung pesan tiket pesawat kalau aku ceritakan.

‘Lily, aku kangen kamu. Padahal baru kemarin aku sampai lagi di Jakarta. Kamu sekarang sudah besar ya, cantik sekali.. J
Kamu masih sama, selalu membuatku berdebar..
***
Aku mengusap lembut kotak persegi pemberianmu, sudah terasa usang di beberapa sisi. Tersenyum mengingat apa saja yang sudah ku simpan di dalamnya. Semua surat yang ku terima sejak kita masih SD,lalu beranjak SMP, SMA, sampai kamu kuliah dan lulus.

Surat yang selalu berisik menanyakan kabarku,
Surat yang banyak bercerita tentang tempat yang kita sebut kota,
Surat yang selalu datang bahkan sebelum kamu menerima balasanku,
Surat yang tiba-tiba hilang entah kemana.

‘Lily, Rehan kecelakaan pesawat sebulan yang lalu. tapi jasadnya belum ketemu’

Surat lain datang menggantikan suratmu. Bukan menanyakan kabarku.Tidak, tidak pernah ada lagi yang menanyakan kabarku. Sejak hari itu, dan hari-hari berikutnya tidak ada lagi surat yang dikirimkan untukku.
***
‘Lily,tolong pertimbangkan lagi. Sudah waktunya memikirkan masa depanmu’ 
Sudah berapa kali papa datang kepadaku, menanyakan hal yang sama. Berusaha mencari celah untuk mengubah keputusanku.

Kata papa, sudah seminggu terakhir orang itu datang ke rumah. Sekali, hanya mengobrol santai dengan papa. Kedua kali, dia datang bersama beberapa orang lain. Lalu beberapa kali, mereka betul-betul berusaha mendekatiku. Rehan, apa yang harus ku lakukan?

Rehan,
Kamu kemana saja?
Aku tidak pernah sempat mengatakan ini padamu. Dunia yang tidak ada suara dan cahaya di dalamnya, duniaku. Kamu seperti tahu seperti apa rasanya. Surat-surat berhuruf braille yang sering kamu kirimkan, tidak ada orang yang mau bersusah payak membuatnya sepertimu. Terimakasih Rehan...

Rehan, duniaku akan sangat berbeda seandainya kamu tidak pernah ada. Seandainya surat-suratmu tidak pernah bercerita banyak, seandainya kehadiranmu tidak bisa menawar gulita duniaku. Pasti akan berbeda jadinya.

Hari ini, mereka datang lagi menawarkan donor mata. Harusnya aku senang bukan?

Tapi, apa jadinya kalau aku kenal dunia yang tidak ada kamu di dalamnya? Sampai hari inipun, rasanya kamu masih ada di sini, Rehan. Dekat dengan cerita-cerita di dalam suratmu. Tapi, bagaimana jika aku mulai lupa cara membacanya?

Rehan, aku sudah menyukaimu sejak pertama kali. Menyukai caramu mengingatku, kebaikanmu, usahamu. Aku jatuh cinta padamu..

Rehan, aku tahu kamu akan marah, tapi cukup bagiku mengenal dunia ini saja.
Dunia dimana aku tetap bisa melihat dengan cerita-ceritamu,
Bisa mendengar dari omelan-omelanmu,
Bisa tetap merasakanmu, tinggal dalam hatiku.

Bagiku ini selalu cukup..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar