Sabtu, 09 April 2016

Kelayapan ke UI

Tema jalan-jalan saya hari ini sebenarnya adalah melarikan diri, dari perasaan kesal, marah dan kecewa saya.

Awalnya saya berencana untuk mendaki gunung Gede Pangrango hari ini, 9 April 2016. Tapi dikarenakan ulah saya sendiri, rencana yang sudah disusun sejak 2 bulan terakhir itu gagal total. Saya tidak bisa berangkat akibat kaki kanan saya yang cedera ketika lari-lari gak jelas dan keseleo di acara Outing perusahaan 3 minggu lalu. Man! Sudah 3 minggu dan belum sembuh-sembuh!

Okay, saya memang sudah bisa jalan dengan sangat baik bahkan lari-lari. Tapi untuk jalan jauh dan nginjek-nginjek -bahasa saya untuk mendaki dan menumpukan berat badan di kaki- pergelangan kaki saya masih sering nyut-nyutan. Jadi, meskipun harus “menangis semalam”, akhirnya dengan berat hati sayapun mengundurkan diri.

Tapi, diam di kamar kosan yang ukurannya cuma 2x2 melototin laptop tapi pikiran saya terus ngebayangin “sedang apa dan dimana” anggota tim saya saat ini, rasanya sayapun bisa depresi. Jadi, saya putuskanlah kelayapan ke Kota Depok untuk sekedar mampir di “sarang” mahasiswa-mahasiswa kelas wahit seantero nusantara, maksud saya di Perpustakaan Universitas Indonesia, hehehe.
Sabtu adalah waktunya saya hibernasi. Setelah senin sampai jum’at mencurangi jam tidur, biasanya pada hari sabtu saya cuma bangun sebentar buat sholat subuh, trus nemplok lagi di bantal sampai jam 9 atau kadang bablas sampe jam 10, duh!

Jadi, sebelum saya beranjak tidur tadi malam, saya sempatkan dulu men-jarkom teman-teman kosan yang pasti bangun pagi. Supaya saya dibangunin dan bisa berangkat ke Depok sesuai waktu yang direncanakan.

Yap, saya berhasil bangun pagi! Tapi, setelah masak trus beres-beres, trus baca-baca buku, akhirnya saya baru berangkat jam 8, jiaaaah kesiangan juga jadinya!

Pukul 08.40, saya baru naik kereta. Di perjalanan menuju stasiun akhir, stasiun Bogor, penumpang sudah mulai terlihat ramai, meski tidak padat.

Jika berangkat dari Stasiun Pasar Senen seperti saya, kamu cukup beli tiket di loket, nunggu di peron 6, duduk manis di kereta, dan turun di Stasiun Universitas Indonesia, gak perlu transit-transit. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 75-90 menit. Oiya, ditambah harga garansi e-tiket kereta, kamu cukup membayar 13 ribu untuk sampai di stasiun Universitas Indonesia. Letaknya tepat setelah stasiun Lenteng Agung dan stasiun Univ. Pancasila.

Tips khusus buat kamu yang bawa motor, lebih baik titipkan motor di area parkir luar stasiun kalau kamu gak mau dompetmu melempem tiba-tiba! Karena, penitipan motor di area stasiun Pasar senen ini akan memakan biaya 3 ribu perak/ jam-nya with No discount!

Sementara kalau di parkiran luar stasiun, kamu cuma perlu bayar 3 ribu sampai maghrib, dan 5 ribu/ malam.

Taraaa.. stasiun Universitas Indonesia 






Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di area kampus UI. Jadi, saya agak kebingungan menentukan destinasi sewaktu sampai di sana. Ditambah ini adalah perjalanan melarikan diri, jadi mana saya tau di UI ada apa saja buat dikunjungi?

Oke, setidaknya saya sudah punya agenda mengunjungi perpustakaan, kalau-kalau mentok gak tau mau mampir di fakultas yang mana.

Seperti halnya di Universitas Andalas-universitas ternama di tanah kelahiran saya, di Universitas Indonesia pun disediakan shuttle bus yang pasti akan berhenti di setiap halte.       



Menurut perhitungan saya, di dalam terdapat 38 kursi dengan susunan 16 kiri-16 kanan saling berhadapan, plus 5 di bagian belakang yang menghadap ke depan, dan satu supir. Bus ini nyaman, ber-AC dan bersih.

Hal yang sangat saya sukai dari rona kampus, adalah riuh suasana kampus tidak pernah terasa bising. Seberapapun berisiknya, seberapapun sibuknya, muka-muka yang ada di sana adalah muka-muka penuh semangat dan gelak tawa.

Saya suka melihat mahasiswa yang duduk berkelompok sembari membawa buku atau kertas-kertas soal, duduk di taman kampus atau ngemper ala kadarnya. Saya suka melihat mereka yang saling membagi pengetahuannya, mereka yang saling peduli satu sama lainnya. Atau mereka yang memanfaatkan sela waktunya untuk mengembangkan minat, seperti bermain musik atau beladiri.

Eksplorasi saya berkisar antara bus dan lokasi perpustakaan saja. Sempat terpikir untuk mampir di fakultas ekonomi yang katanya dilengkapi jembatan merah , mahakarya alumnus arsitektur UI ini. Tapi ya, lagi-lagi Cuma rencana doang, hehehe.



Perpustakaan Universitas Indonesia


 Saya rasa, saya turun terlalu jauh dari Perpustakaan umum UI ini. Ketika saya melihat ada danau, alarm di otak saya langsung bunyi “ini perpustakaan-nya, turun sekarang atau kamu bakal kelewatan”. Jadilah saya turun di depan palang “Balai Rung, Balai Sidang, etc” tepat di depan gedung Balai Rung. Saya masih harus berjalan kaki mengitari setengah danau.

Saya sengaja jalan agak memutar, di samping ingin melihat-lihat, ada suara musik yang saya pikir adalah musik pertunjukan barongsai atau sejenisnya. Tapi, setelah saya dekati ternyata mereka-mereka ini yang sedang latihan

Mahasiswa sedang berlatih musik


Area kampus menurut penilaian saya, sangat rapi, bersih dan cukup tertib. Sempat saya bertemu dengan ibu-ibu penjual air mineral.

“Kalau mereka sampai berhenti dan turun, saya harus lari secepat-cepatnya atau mereka pasti akan buru sampai dapat” tutur beliau sambil menunjuk mobil patroli.

Yah, kebijakan memang selalu punya dua sisi.

Baik, sebelum masuk ke perpustakaan, saya sempatkan berkeliling area gedung dan melihat-lihat. Ternyata, ada toko buku juga di sana, selain menjual buku fiksi dan nonfiksi populer,ensiklopedia, DVD, ternyata ada tatto juga! Kayaknya sih yaa...


Terus, ada juga ruang segede-gedenya, dengan sofa-sofa nyaman di tata serapi mungkin.
Yang saya sukai adalah, bangunan ini dibalut dengan kaca, sehingga meski berada di dalam ruangan, mata kita tetap leluasa mengamati riakan air yang disapu oleh hembusan angin di permukaan danau, sejuk.

Jadi, akhirnya saya masuk ke perpustakaan. Menggunakan identitas “pengunjung umum”, saya diharuskan mendaftar dulu di website pengunjung Universitas Indonesia yang sudah dibukakan di komputer bagian administrasi perpustakaan. Dengan membayar administrasi sebesar 5 ribu, saya diberikan kartu pengunjung yang berlaku satu hari ini saja.



Selesai mendaftar, saya lalu menitipkan tas ke loker yang disediakan. Di sini, KTP saya ditukar dengan kunci loker dan tas plastik gede tempat saya menaruh laptop dan segala atributnya. Di perpustakaan manapun, ini adalah prosedur standar, no bag, no jacket, no camera!

Saya lupa ada berapa lantai perpustakaan ini. Yang jelas, saya naik ke lantai teratas, mencari tempat paling sepi, membuka laptop dan asik dengan pekerjaan saya sendiri.
Di sini, ada wireless yang disediakan secara Cuma-Cuma. Tapi, tetap harus daftar terlebih dahulu. Mudah kok!

Setelah terhubung dengan wireless UI (saya lupa namanya apa), ketika membuka browser untuk pertama kalinya, kamu akan langsung diarahkan ke website SSO ini :


Silahkan mendaftar dan konfirmasi menggunakan link yang dikirimkan ke alamat email yang kamu masukkan ke form pendaftaran ini.
  
Selesai dari perpustakaan, saya turun dan menyempatkan diri duduk-duduk di pinggiran danau. Entah udara memang sedang mendung, tapi saya betah duduk di sini hampir satu jam lamanya. Tempat ini sejuk. Banyak mahasiswa yang duduk berkelompok, berdua atau hanya sendirian seperti saya.

Niatnya, sepulang dari perpustakaan, saya masih mau jalan-jalan. Saya menempuh jalan yang berbeda dengan jalan ketika saya datang tadi. Saya berteori, harusnya jalur bus kampus berikutnya adalah tempat ini, artinya saya tidak akan melewati rute bus yang sama.

Namun, sepertinya saya keliru. Saya justru melewati stasiun Universitas Indonesia tempat saya datang tadi pagi, yah saya salah ambil rute. Bus berhenti di pos nya dan semua penumpang harus turun. Saya batalkan rencana jalan-jalan, termasuk rencana mampir ke Fakultas Ekonomi. Takut kesorean, karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 lebih.

Berbeda dengan rute datang, rute kembali ke Pasar Senen jauh lebih kompleks. Dari Univ Indonesia sampai ke tebet, Manggarai, Tanah Abang, berputar ke Angke, kampung Bandan sampai ke Pasar Senen, itu rute yang sebenarnya. Tapi dijamin lama bangeet!



Untuk mempersingkat waktu, kamu bisa transit di Manggarai, transit lagi di Jatinegara, lalu terus ke Pasar Senen. Walaupun agak ribet, it saves your time alot.

Tips lainnya, jangan jalan-jalan pada waktu yang mendekati bulan puasa Ramadhan, atau lebaran Idul Fitri. Karena kamu akan bertemu rombongan dengan barang belanjaan seabrek-abrek banyaknya. Hari ini, saya bertemu beberapa.

Walaupun kaki saya kembali nyeri, yang jelas perasaan saya jadi agak ringan sekarang. Itulah saya, ketika sedang kecewa dengan keadaan, yang saya lakukan adalah jalan kemana saja, dalam atau luar kota, naik motor atau kereta. Yang jelas, saya ingin sendirian.

Okay guys, see you then!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar